MEA (SHARE YOUR OPINION)

Posted by Nutrix Minggu, 28 April 2013 0 komentar
Kembali lagi mengulas masalah MEA sob, apakah di antara sobat blogger udh ada yg pernah dengar apa itu MEA,atau pernah membaca walau hanya sekilas, mungkin juga tahu dan paham dengan MEA ???
 
Ayo sob kita berbagi opini mengenai MEA ini.. buat sobat blogger atau sobat lainnya yg belum pernah dengar atau tahu tentang MEA ini akan saya paparkan sedikit tentang apa itu MEA,,
Sebenarnya saya masih kurang jelas dan begitu memahami tentang MEA ini sob, bagi yg mengerti dan memahami silakan share opininya di comment, buat share k sobat” yg lain .. agar masyarakat Indonesia jelas dan memahami maksud dari MEA ini yg akan diberlakukan pada 2015 nanti…
 
MEA adalah Masyarakat ekonomi ASEAN, berikut yg saya kutip dari beberapa sumber..
 
Implikasi dari pemberlakuan MEA tersebut adalah produk barang atau jasa yang diproduksi di mana pun di seluruh wilayah ASEAN boleh dialirkan atau pun dipasarkan ke seluruh wilayah anggota perserikatan bangsa-bangsa di Asia Tenggara itu tanpa bea masuk seperti selama ini.
Sebagai contoh, durian petruk dari Jepara bisa diperoleh di Hanoi, Vietnam, dengan harga relatif sama dengan di Yangoon, Myanmar karena variabel pembedanya hanyalah ongkos angkut. Sebaliknya, handphone buatan Vietnam nantinya akan dengan mudah—dan relatif murah—diperoleh di Jayapura, Papua, atau pun di Davao, Filipina.
Demikian pula halnya dengan tukang kayu dari Laos, misalnya, tidak boleh dihalang-halangi bila ia ingin bekerja di Klaten, Jawa Tengah, tapi sebaliknya dokter Indonesia akan dapat bebas berpraktik di Manila ataupun kota-kota lain di negara anggota ASEAN.
Satu hal lain yang mungkin ”menyenangkan” juga adalah bepergian di wilayah ASEAN tidak perlu lagi menempuh prosedur lintas-batas, mengingat ASEAN sudah menjadi satu wilayah keimigrasian seperti halnya di Eropa. Hanya saja, program ini mungkin belum dapat langsung mulus begitu saja, mengingat beberapa negara anggota masih memberlakukan kebijakan yang berbeda-beda, meskipun nantinya harus terpadu.
 
(http://www.solopos.com/2013/02/11/mea-makhluk-apakah-itu-377862)
 
Ada juga dari sumber lain yg ber opini seperti ini..
 
Kompetisi SDM antarnegara ASEAN bisa menjadi tantangan atau ancaman bagi pekerja Indonesia. Jika masyarakat Indonesia tidak siap menghadapi persaingan terbuka ini, kemungkinan besar MEA akan menjadi ancaman dan mimpi buruk bagi pekerja Indonesia.
Pertanyaan yang mengemuka adalah bagaimana kesiapan SDM Indonesia menyambut MEA 2015. Apakah upaya peningkatan kualitas SDM sudah tercermin dalam APBN dan APBD 2013? Dalam APBN dan APBD 2013, alokasi anggaran untuk pendidikan sekitar 20 persen tetapi sebahagian besar habis untuk biaya operasional pendidikan.
Kompetensi pekerja dalam MEA diukur dari keahlian khusus yang dimiliki. Sektor-sektor yang membutuhkan keahlian khusus, antara lain sektor layanan bisnis, jasa profesional, jasa konstruksi, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan, jasa kesehatan, jasa transportasi maritim, jasa telekomunikasi, dan jasa pariwisata.
Kondisi geografis Indonesia dan sebaran demografi penduduk yang tidak merata menjadi kelemahan dan sekaligus menjadi tantangan. Berdasarkan penelitian penulis, daerah pedalaman di Kalimantan Timur dan di Papua Barat mempunyai kualitas SDM yang sangat rendah dibandingkan dengan kualitas SDM di Pulau Jawa. MEA tahun 2015 akan menjadi ancaman berat bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman.
Di wilayah perkotaaan, industri jasa sangat berpengaruh terhadap penciptaan lapangan kerja. Pada satu sisi, pertumbuhan industri jasa sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan kualitas SDM. Di sisi lain, kualitas SDM sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Sistem pendidikan di Indonesia dari SD hingga SMA tidak diarahkan supaya para siswa berpikir kritis, kreatif dan mandiri. Demikian juga guru tidak dibekali cara mengajar supaya siswa bergairah dan bersemangat belajar. Kurikulum pendidikan nasional sarat dengan hafalan dan hanya berorientasi pada nilai akhir kelulusan. Alhasil, siswa yang lulus dari SMA kurang mandiri, kritis dan kreatif.
Demikian juga sistem pendidikan di tingkat perguruan tinggi tidak jauh berbeda dengan sistem pendidikan di tingkat SD hingga SMA. Kurikulum pendidikan tinggi tidak juga membuat mahasiswa berpikir kritis, kreatif, dan mandiri. Dari pengalaman penulis sebagai staf pengar di perguruan tinggi, pendidikan softskills tidak mendapat banyak ruang karena kurikulum yang disusun konsorsium keilmuan tidak diarahkan bagaimana supaya mahasiswa dapat bekerja sama, bertanggung jawab penuh, berpikir kritis, kreatif dan mandiri tetapi lebih pada penguasaan ilmu semata.
Demikian juga pelatihan yang dilakukan oleh Balai Latihan Kerja dibawah Kementerian Tenaga Kerja tidak ditujukan supaya peserta pelatihan menjadi seorang profesional (keahlian khusus) tetapi lebih ditujukan supaya mereka memiliki ketrampilan dasar. Keahlian khusus dapat diperoleh melalui pelatihan berkesinambungan dan membutuhkan pendampingan intensif dan jam terbang tinggi. Pemerintah daerah juga turut menyelenggarakan pelatihan tetapi lebih bersifat proyek.

(http://www.tubasmedia.com/berita/sudah-siapkah-sdm-indonesia-menuju-mea/)

Ada juga yg mengulas kepahaman pemerintah tentang MEA ini..

Yang kita sering dengar bahwa MEA adalah sebuah arena berlaganya para pelaku ekonomi dalam pasar bebas Asean. Petinggi negara sering berpidato bahwa SIAP TIDAK SIAP KITA SEBENTAR LAGI AKAN MEMASUKI BABAKAN BARU DALAM PERSAINGAN SENGIT DI BIDANG INVESTASI DAN PERDAGANGAN.
Kita oleh para petinggi negara diberikan satu pemahaman sempit bahwa di laga itu nanti pasti ada yang menang dan ada yang akan menjadi pecundang. Apa betul demikian gambarannya. Kalau benar, maka MEA tidak ubahnya dengan laga Asian Cup di sepakbola atau SEA Games.
Kalau seperti ini bisa berabe dan berarti MEA dapat dimaknai menggunakan pendekatan zero sum game. Jika premis seperti itu yang disampaikan oleh petinggi negara, maka sang petinggi negara itu patut dikonfirmasi dengan dua pertanyaan, yakni apakah bapak tahu persis tentang Konsep MEA. Pertanyaan yang lain mengapa bapak dengan lugasnya menyampaikan bahwa kita siap tidak siap harus siap berlaga di pasar tunggal Asean yang akan berlaku pada tahun 2015.
Jawaban atas dua pertanyaan tersebut pasti beragam dan sesuai dengan pengetahuan yang dikuasai dan difahaminya. Tapi kita harapkan pengetahuan bapak pejabat tinggi negara itu cukup luas dan mendalam tentang MEA. Jika sebaliknya, bapak petinggi negara apa bedanya dengan kita-kita ini sebagai rakyat biasa yang hanya sedikit sekali pengetehuannya tentang MEA.
Lha apalagi kalau pertanyaannya kita tambahkan lagi satu pertanyaan besar, yaitu apa dan bagaimana MEA dilihat dari prespektif politik ekonomi nasional? Jawaban atas pertanyaan ini secara obyektif dan secara subyektif dalam tinjauan MEA dari sudut pandang politik ekonomi nasional harus clear dan clean agar tidak ada kegalauan, kegaduhan dan kekhawatiran berlebihan di masyarakat.
Pihak eksekutif dan legislatif sebagai penyelenggara negara harus bisa menjelaskannya dalam bahasa politik yang sama. Sangat berbahaya kalau terjadi perbedaan yang tajam mengenai pertanyaan yang mendasar ini. Seperti yang terjadi saat Asean-China FTA dijalankan petinggi negara di Senayan semua bersuara nyaring bahwa perjanjian FTA-nya harus dibatalkan atau dirombak karena merugikan Indonesia.
Tapi untungnya suara nyaring tersebut berlalu begitu saja. Tradisi tahu sama tahu di negeri ini memang telah menjadi kebiasaan, apapun isu yang berkembang cepat sekali menghilang dan setelah itu dilupakan. Sebagai rakyat biasa ada kecemasan tentang MEA ini. Cemas karena tidak tahu banyak. Cemas karena tidak yakin apakah MEA sudah selaras dengan kepentingan politik ekonomi nasional, karena politik ekonomi itu dibangun atas dasar konsensus.
Sementara, sepanjang yang kita tahu konsensus itu rasanya tidak pernah ada. Apa yang bisa dijawab dengan pertanyaan tadi yakni MEA dalam bingkai politik ekonomi nasional? Bermodalkan pengetahuan yang serba sedikit, penulis mencoba sharing, yakni pertama, kepentingan nasional harus dikedepankan, kedua, nilai tambah ekonominya harus dinikmati sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, ketiga sistem ekonominya harus efisien, keempat masyarakatnya secara aktif harus dilibatkan secara inklusif sebagai subyek maupun sebagai obyek dan kelima peran negara tetap diperlukan menjadi penjaga kedaulatan, melindungi kepentingan segenap bangsa dan mengintervensi ketika pasar mengalami kegagalan.

(http://www.tubasmedia.com/berita/boleh-jadi-hanya-sedikit-yang-paham-mea-2015/)

Selain itu ada juga sob yg beropini memandang MEA ini secara subjektif agar masyarakat tidak bersikap setuju atau menolak….

Paling elegan dan paling bijaksana, sikap yang patut kita ambil adalah biasa-biasa saja dan jangan menganggap ada sesuatu yang dianggap luar biasa ketika MEA berjalan. Mengapa harus dengan cara demikian menyikapinya?
Jawaban atas penyikapnnya dikondisikan sendiri berdasarkan cara pandang yang bersifat subjektif penulis opini ini dengan tujuan agar masyarakat tidak bersikap apriori setuju atau menolak. Pertama, MEA bukan laga “tempat bertanding” dan bukan pula menjadi ajang “pertempuran” di bidang politik, ekonomi dan budaya, sehingga nantinya akan ada pemenang dan pecundang.
Sekarang persepsi yang muncul di ruang publik seperti itu. Yang elegan harusnya masyarakat diyakinkan bahwa MEA adalah perkumpulan atau asosiasi negara-negara Asia Tenggara untuk membangun masa depannya bersama-sama melalui kerja sama di bidang keamanan, ekonomi, dan sosial budaya untuk menciptakan ASEAN yang damai, sejahtera dan berpusat pada kepentingan rakyat masing-masing.
Prinsip dasarnya adalah kerja sama dan bekerja bahu-membahu untuk mencapai tujuan tadi. Kedua, secara positif harus dipahami bahwa MEA pada dasarnya adalah sebuah ikhtiar untuk membangun kesadaran komunal bahwa peradaban ASEAN harus dikembangkan. Masyarakatnya harus maju dan mampu secara bersama-sama menciptakan suatu lingkungan kerja, lingkungan hidup dan lingkungan bisnis yang kondusif untuk menciptakan ASEAN yang damai, sejahtera, dan berkeadilan.
Ketiga upaya tersebut harus diakui menjadi sebuah kebutuhan, tanpa harus mengorbankan kepentingan nasional masing-masing negara anggota. Karena kepentingan nasional adalah dijamin oleh konstitusi negara masing-masing sebagai negara yang berdaulat.
Keempat, ASEAN adalah rumah masa depan bagi sekitar 700 juta penduduk yang memiliki hak dan kewajiban untuk dapat menikmati setiap output ekonomi yang dihasilkan. Karena itu, MEA sangat diharapkan dapat menjadi role model bagi pengembangan kerja sama regional yang pilarnya lebih mengedepankan nilai kemanusiaan yang paling hakiki, yaitu ingin hidup layak, sejahtera, makmur, damai, dan adil.
Kelima, MEA harus bisa dipahami dalam konstatasi yang bersifat realistik, yaitu bukannya perdagangan bebas dalam arti yang sebenarnya tanpa tata krama. Yang ingin dicapai sejatinya agar masing-masing negara dapat menjamin aliran barang dan jasa berjalan lancar karena sistem pelayanannya dikembangkan secara efisien.
Azas ini adalah sesuatu yang universal dan siapa saja pasti memerlukannya. Percayalah bahwa masing-masing memiliki apa yang menjadi primadona dan keunikannya. Dan masing-masing pasti memiliki “X Factor”, sehingga yang terjadi adalah proses complimentary meskipun adanya persaingan tidak bisa dinafikkan. Dan persaingan dalam dunia bisnis adalah biasa sepanjang dilakukan dengan fair. Kalaupun sampai terjadi unfair business, pasti ada remedy-nya sebagai bentuk penalti bagi pihak manapun yang melakukan pelanggaran.
Keenam, pada akhirnya masing-masing negara ASEAN sebagai bangsa yang berdaulat pasti tidak ada satu pun yang berniat untuk mengisolasi diri. Mustahil hal yang demikian akan terjadi dalam kehidupan di lingkungan masyarakat yang terbuka. Mengisolasi diri adalah sebuah kerugian besar dan membuka diri dan bersatu dalam kerja sama yang bahu-membahu membangun peradaban besar adalah kebutuhan.

(http://www.tubasmedia.com/berita/bagaimana-seharusnya-menyikapi-masyarakat-ekonomi-asean/)

Terlepas dari opini” diatas, saya disini hanya ingin berbagi informasi ulang tentang MEA ini sob, bahwa 2015 nanti Indonesia akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN.. untuk masalah opini, kita semua punya opini masing”,yg terpenting adalah semua masyarakat Indonesia tahu dan paham tentang MEA ini, agar kita siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN…siap disini bukan berarti berkelahi ya sob.. hehe..
 
Maksudnya kita menyiapkan diri kita sesuai dengan kompetensi di bidang kita masing”..
Dan dari sumber yg ketiga (PETINGGI NEGARA SERING BERPIDATO BAHWA SIAP TIDAK SIAP KITA SEBENTAR LAGI AKAN MEMASUKI BABAKAN BARU DALAM PERSAINGAN SENGIT DI BIDANG INVESTASI DAN PERDAGANGAN.)  saya sangat tidak setuju jika ada petinggi Negara yg berbicara seperti itu sob.. “siap tidak siap” .. yaa, seharusnya memang dipersiapkan !!!


0 komentar:

Posting Komentar

TAYANGAN HALAMAN